Friday, March 30, 2012

Keteladanan Rasulullah

Keteladanan Nabi Muhammad saw tak lekang dimakan waktu. Sikap, sabda dan sifat beliau menjadi nasehat dan pelajaran hidup sepanjang masa.

Pada bulan Rabiul Awwal di tahun wafatnya beliau, Rasulullah saw berkeinginan mengirim seorang sahabatnya ke negeri Yaman untuk menyampaikan ajaran Islam.
Setelah melalui proses renungan, pilihan beliau pun jatuh kepada sahabat Mu’adz bin Jabal RA. Imam Malik dalam riwayatnya, mengisahkan ketika itu Rasulullah mengantarkan kepergian Mu’adz sampai ke ujung Kota Madinah.

Dalam perjalanan menjelang gerbang kota, Mu’adz berkata, “Wahai Rasulullah, apa nasihat yang Mulia padaku?”

Rasulullah menjawab, “Bertakwalah kamu kepada Allah SWT dalam kondisi apa pun!” 
Mu’adz bertanya kembali, “Apalagi ya Rasulullah?”
Rasulullah menjawab,“Ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya!”
Mu’adz kembali bertanya, “Apalagi, ya Rasulullah?”

Sambil menuntun kuda yang ditunggangi Mu’adz hingga gerbang Kota Madinah Rasulullah saw menjawab, “Bergaullah kamu dengan manusia dengan akhlak yang baik!”

Keteladanan Rasulullah pada kisah di atas tergambar pada cara beliau menentukan ulama, guru, dan pemandu umat yang paham terhadap agama Islam. Karena pada saat itu disebutkan oleh para ulama, Mu’adz adalah sahabat Rasulullah saw yang paling memahami hukum syariah, a’lam al-ummah fî al-halâl wa al-harâm’. Kisah Mu’adz ra ini seakan memperlihatkan pada kita bahwa Rasulullah ingin Islam ini kelak diajarkan oleh mereka yang paham Islam.


Imam Nawawi juga memberi analisisnya pada kisah Mu’adz tersebut, bahwa nasehat Rasulullah saw adalah pesan yang universal. Sahabat Mu’adz ra yang seorang alim lagi saleh saja masih minta dinasehati, lalu bagaimana dengan kita? Selain itu, Rasulullah saw juga tidak merasa rendah meskipun sebagai Rasul dan pemimpin umat, beliau menuntun kuda Mu’adz hingga ia merasa malu dan tersanjung dengan sikap beliau tersebut.

Kini banyak pemandu umat yang tidak paham Islam dan tak pula berpikir secara Islami. Dan aturan yang ada terkadang sudah membuat pemimpin dan yang dipimpin saling berjauhan, tak jarang melahirkan curiga berlebihan, bahkan hingga saling tidak percaya.

Kisah Mu’adz di atas juga memberi bimbingan pada kita bahwa seorang alim sekalipun tetap membutukan nasehat. Kini sosok Rasulullah saw yang bisa kita mintai nasehat telah tiada, namun  pesan beliau pada umatnya adalah untuk selalu menjadikan Alquran dan hadits sebagai nasehat abadi bagi yang hidup. Maka, taat pada Alquran dan hadits tanpa menambah-nambah ajaran beliau adalah bentuk usaha kita dalam menauladani Nabi Muhammad SAW. Wallâhu a’lam bî al-shawwâb



sumber: http://ceritateladan.com/2012/03/keteladanan-yang-tak-lekang/

0 comments:

Post a Comment