Saturday, May 14, 2011

IKHLAS SEBAGAI INTISARI IMAN

Keikhlasan adalah kunci dalam beramal. Tanpa keikhlasan akan sia-sia pekerjaan yang dilakukan seorang muslim. Ia tidak akan mendapat apa-apa, kecuali capek dan payah. Keikhlasan jika dilaksanakan akan membuahkan kenikmatan. Jadi, tak mungkin orang yang ikhlas akan disia-siakan Allah swt.

Kisah Kedudukan Ikhlas
Ikhlas adalah buah dari intisari iman. Seseorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. “Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,’ “ (Q.S. Al An’nam [6]: 162). Rasulluhlah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”

Fudhail bin Iyadh memahami kata Ihson dalam firman Allah surat Al-Mulk [67] ayat 2 yang berbunyi, Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala” (untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya) dengan makna akhlashahu (yang palinh ikhlas) dan ashwabahu (yang paing benar).

Katanya lebih lanjut, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Jadi, amal itu harus ikhlas dan benar. Dikatakan ikhlas apabila dilakukan semata-mata karena Allah dan dibilang benar apabila sesuai sunnah.” Imam Syafi’I member nasihat kepada kedua seorangh temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihat dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amal dan niatmu karena Allah.

Ibnul Qayyim memberi perumpamaan ikhlas seperti, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain ia berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta Ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”

---------“Barangsiapa rela dengan ketetapan Allah, maka ketetapan itu juga berlaku kepadanya dan ia mendapatkan pahala. Barangsiapa yang tidak rela dengan ketetapan Allah, maka ketetapan itu juga tetap berlaku kepadanya, sedangkan ia terputus amalnya.”

source : The Miracle of Quranic Motivation by Fathkul Anas

0 comments:

Post a Comment